27.4.11

#Edisi Tugas makalah :Permasalahan perekonomian di indonesia

-->
TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PERMASALAHAN PEREKONOMIAN
DI INDONESIA
OLEH
                                                          NAMA        : LINDA WATI
                                                      JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
                                                                    SEMESTER : IV
                                                                  NIP             : 0209251
                                                              KELAS REGULER PAGI
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK CANDRADIMUKA
PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar belakang
                        Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh       cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi            cukup dipertimbangkan oleh perekonomian dunia. Hal ini dapat dilihat dengan     diundangnya Indonesia ke pertemuan kelompok 8- plus (G8plus) di Kyoto Jepang       pada bulan Juli 2008 bersama beberapa negara yang disebut BRIICS (Brasil, Rusia,             India, Indonesia dan South Africa). Pada tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia      sudah meliwati US$ 2.000, bahkan pada tahun 2009, GDP Indonesia ditetapkan di            atas angka 5.000 triliun Rupiah atau setara dengan US$ 555 milyar. Angka-angka ini       cukup mendukung estimasi bahwa pada tahun 2015 Indonesia sudah menjadi salah    satu raksasa ekonomi dunia dengan GDP di atas US$ 1 triliun. Namun masih banyak             hambatan yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia untuk menuju kesana,         misalnya; kondisi infrastruktur perekonomian (seperti jalan, jembatan, pelabuhan    dan      listrik), tingginya angka pengangguran (kisaran 9%), tingginya inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya harga energi dunia (sudah menyentuh 11,,%),          belum optimalnya kedatangan FDI ke Indonesia, belum optimalnya peranan APBN sebagai  stimulus ekonomi (belum ekspansif).
                        Dari permasalahan diataslah Indonesian mempunyai banyak permasalahan di          di bidang infrastruktur ekonomi yang sangat berat di temukan solusinya. Namun ,      seiring dengan waktu penulis mencoba memberikan pemecahan masalah dengan       sederhana agar dapat dipertimbangkan oleh pemerintah dalam perbaikan bidang         infrastruktur ekonomi. Sehingga perekonomian Indonesia dapat menjadi pengaruh             perekonomian dunia.


1.2.   Rumusan masalah
Dari uraian di atas timbul beberapa pokok permasalahan berkaitan dengan teknik pengambilan keputusan dengan masalah ekonomi, yaitu ;
v  Apa permasalahan perekonomian yg di hadapi di Indonesia ?
1.3.   Tujuan penulis
1.      Merupakan tugas dari mata kuliah teknik pengambilan keputusan dan untuk melatih kemampuan             seorang mahasiswa dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapinya.
2.      Untuk mengetahui bagaimana teknik pengambilan keputusan yg efektif dan efisien  yang bisa  diterapkan dalam perekonomian Indonesia.
3.      untuk mengetahui permasalahan perekonomian yang sebenarnya di Indonesia.

1.4.   Manfaat Penulisan
            Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1.     Bermanfaat sebagai suatu proses belajar dalam membuat makalah
2.     Dapat mengkaji lebih dalam tentang teknik pengambilan keputusan.
3.      Bermanfaat sebagai suatu proses belajar yang bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari..

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Beberapa permasalahan perekonomian di indonesia
                        Beberapa permasalahan ekonomi Indonesia yang masih muncul saat ini       dijadikan fokus program ekonomi 2008-2009 yang tertuang dalam Inpres Nomor 5    tahun 2008 yang memuat berbagai kebijakan ekonomi yang menjadi target    pemerintah yang dapat dikelompokkan ke dalam 8 bidang yaitu: investasi, ekonomi             makro dan keuangan, ketahanan energi, sumber daya alam, lingkungan dan pertanian,        pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), pelaksanaan komitmen             masyarakat ekonomi ASEAN, infrastruktur, dan ketenagakerjaan dan          ketransmigrasian.
            Analisis singkat atas kondisi ke-delapan bidang yang menjadi paket kebijakan        ekonomi tahun 2008- 2009 adalah sebagaimana berikut ini:

            1. Iklim investasi.
                        Realisasi investasi yang telah dikeluarkan oleh BKPM berdasarkan Izin Usaha       Tetap PMDN pada periode 1 Januari s/d 31 Desember 2007 sebanyak 159 proyek         dengan nilai realisasi investasi sebesar Rp. 34.878,7 miliar (34,88 triliun Rupiah).            Sedangkan realisasi Investasi yang telah dikeluarkan oleh BKPM berdasarkan Izin          Usaha Tetap PMA (FDI) pada periode 1 Januari s/d 31 Desember 2007 sebanyak 983             proyek dengan nilai realisasi investasi sebesar US$. 10.349,6 juta (US$ 10,34 milyar).
                        Dibandingkan dengan FDI global yang selama 2007 mencapai rekor sebesar           US$ 1.500 milyar dan FDI yang masuk ke Amerika Serikat sebesar US$ 193 miliar,    nilai FDI yang masuk ke Indonesia masih sangat rendah yaitu 0,66% terhadap FDI      dunia dan 5,18% terhadap FDI ke Amerika Serikat. Walau demikian, masuknya FDI            ke Indonesia pada tahun 2007 ini jauh lebih baik dibandingkan dengan masa puncak         pra krisis yaitu tahun 1996-1997 yang hanya mencapai US$ 2,98 miliar (1996) dan       US$ 4,67 miliar (1997).Menurut hemat penulis realisasi FDI ke Indonesia akan dapat             lebih meningkat kalau dua faktor kunci untuk masuknya FDI dibenahi yaitu kondisi    infrastruktur, dan masalah birokrasi yang bertele-tele.
            2. Kebijakan ekonomi makro dan keuangan
                        Dari sisi fiskal, pemerintah menerapkan APBN yang cukup baik yaitu dengan        sedikit ekspansif walau masih sangat berhati-hati. Hal ini terlihat dari defisit RAPBN            tahun 2009 sebesar Rp 99,6 triliun atau 1,9 persen dari PDB (Kompas 15 Agustus     2008), walau defisit APBN masih dapat ditolerir sampai angka 3% (berdasarkan    golden rule) . Pada tahun 2009 anggaran yang digunakan untuk belanja modal tercatat      sebesar Rp 90,7 triliun lebih besar dari belanja barang sebesar Rp 76,4 triliun     (Kompas 15 Agustus 2008). Total belanja pemerintah pada tahun 2009 meningkat         menjadi sebesar Rp1.022,6 triliun yang diharapkan lebih berperan dalam menstimulus     ekonomi untuk mencapai target pertumbuhan di atas 6,5%. Pemerintah juga pada   tahun 2009 berencana untuk memberikan empat macam insentif fiskal yaitu       Pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) Badan dalam jumlah dan          waktu tertentu kepada investor yang merupakan industri pionir. Keringanan Pajak   Bumi dan Bangunan (PBB), khususnya untuk bidang usaha tertentu pada wilayah atau     kawasan tertentu. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas            impor barang modal atau mesin serta peralatan untuk keperluan produksi yang belum        dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu. Pemerintah mengubah             perlakuan PPN atas sebagian barang kena pajak yang bersifat strategis dari yang             semula ”dibebaskan” menjadi tidak dipungut atau ditanggung pemerintah.
                        Dari sisi moneter, Bank Indonesia dengan instrument BI-rate cukup berhasil           untuk mengendalikan inflasi, khususnya core inflation sejak BI rate diterapkan pada        tahun 2005. Namun inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga energi dan   terganggunya masalah distribusi terutama akibat naiknya harga gas, premium, solar,    dan makanan (volatile food) membuat tahun 2008 ini tingkat inflasi cukup tinggi yaitu             untuk Januari-Agustus 2008 tercatat 9,4 persen, dan inflasi Agustus 2007- Agustus           2008 mencapai 11,85 persen. Menghadap hal ini BI melakukan antisipasi dengan    menaikan BI rate pada bulan-bulan terakhir sampai September 2008, dan saat ini BI         rate sudah mencapai 9,25%. Tingginya BI rate ini memang diharapkan dapat menekan            angka inflasi namun disisi lain akan berpengaruh terhadap sektor riil karena kenaikan         BI rate berakibat terhadap peningkatan tingkat bunga pinjaman di bank-bank komersial.
            3. Ketahanan energi.
                        Sebagaimana kita ketahui bahwa harga energi dunia terus berfluktuasi dan sangat sulit untuk diprediksi. Pada tahun 2008 harga minyak dunia bahkan sudah        mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 147 per barel pada 11 Juni lalu. Walau saat ini            menurun pada kisaran US$ 106, bahkan hari ini tanggal 10 September 2008 harga      minyak telah turun dibawah US$ 100 (detik.com). Hal ini sangat berbahaya bagi    ketahanan energi nasional karena kita tahu bahwa ,sebagai input, naiknya harga energi           akan berdampak terhadap kenaikan biaya produksi dan harga jual. Disamping   kenaikan biaya produksi dan harga jual akan mengurangi daya saing produk Indonesia        di pasar internasional apalagi pada saat ini sedang terjadi penurunnya daya beli      masyarakat internasional akibat inflasi yang meningkat hampir disemua negara tujuan   utama ekspor Indonesia yaitu Amerika Serikat, Negara Eropa (EU), dan Asia Timur             (Jepang, Korea Selatan dan China). Dalam rangka ketahanan energi ini, pemerintah melakukan diversifikasi energi dengan misalnya memproduksi bio-fuel yang           merupakan pencampuran produk fosil dengan nabati (minyak kelapa sawit). Namun     muncul kendala program ini karena saat ini harga komoditi yang menggunakan bahan            baku kelapa sawit mengalami kenaikan yang luar biasa yaitu Crude Palm Oil (CPO).           Akibatnya, produsen kelapa sawit menjadi gamang dalam menggunakan kelapa sawit             apakah untuk digunakan sebagai bio energy atau untuk menghasilkan CPO yang    ditujukan untuk ekspor. Beberapa pengamat mengatakan sebaiknya Indonesia lebih mengembangkan energy geothermal (panas bumi) yang cadangannya sangat    berlimpah di Indonesia (terbesar di dunia) karena biaya investasi yang mahal untuk             investasi energi pada geothermal ini akan di offset oleh turunnya subsidi pemerintah          untuk bahan bakar minyak karena adanya peralihan penggunaan energi dari minyak      ke geothermal.


            4. Kebijakan sumber daya alam, lingkungan dan pertanian
                        Indonesia beruntung memiliki sumber daya alam yang melimpah baik bahan           tambang, hutan, pertanian, hasil laut, dan cahaya matahari yang sepanjang tahun.      Untuk itu, sumber daya alam yang ada harus dikelola dengan baik bagi peningkatan           pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat (welfare).         Sejauh ini Indonesia telah memanfaatkan banyak bahan tambang bagi pertumbuhan           ekonomi seperti minyak bumi, batubara, gas, bijih besi, emas, nikel, timah dan lain    sebagainya. Namun pemanfaatan sumber daya alam ini membawa dampak negative.
            (negative externalities) terhadap lingkungan berupa penggundulan hutan     penghancuran bukit-bukit yang tentunya berdampak sangat negatif terhadap kondisi            lingkungan. Disisi pertanian, walau banyak kemajuan yang dicatat Indonesia masih             mengimpor beras, dan produk pertanian lain seperti kedele, dan hasil perkebunan      (gula). Ditargetkan pada tahun 2009, Indonesia sudah dapat berswasembada beras dan     gula.
            5. Pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
                        Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini merupakan sektor      ekonomi yang cukup tangguh terutama pada saat krisis ekonomi 1998 dimana banyak      pelaku ekonomi besar bertumbangan. Beberapa program yang akan diterapkan oleh    pemerintah menyangkut pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)         ini adalah peningkatan akses UMKM pada sumber pembiayaan dengan Meningkatkan       kapasitas kelembagaan dan akses UMKM pada sumber pembiayaan. Memperkuat     sistem penjaminan kredit bagi UMKM. Mengoptimalkan pe-manfaatan dana non       perbankan untuk pemberdayaan UMKM. Disamping itu akan dilakukan juga     pengembangan kewirausahaan dan sumber daya manusia (SDM) dengan    Meningkatkan mobilitas dan kualitas SDM. Mendorong tumbuhnya kewira-usahaan         yang berbasis teknologi. Hal lainnya adalah peningkatan peluang pasar produk UMKM dengan Mendorong berkembangnya institusi promosi dan kreasi produk   UMKM. Mendorong berkembangnya pasar tradisional dan tata hubungan dagang     antar pelaku pasar yang berbasis kemitraan. Mengembangkan sistem informasi            angkutan kapal untuk UMKM. Mengembangkan sinergitas pasar. Terakhir adalah             reformasi regulasi dengan Menyediakan insentif perpajakan untuk UMKM.             Menyusun kebijakan di bidang UMKM.
            6. Pelaksanaan komitmen masyarakat ekonomi ASEAN.
                        Sebagai anggota penting ASEAN Indonesia berkomitmen untuk melaksanakan      program yang telah ditetapkan oleh organisasi yaitu pelaksanaan komitmen        Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community - AEC). Beberapa           langkah ke depan adalah Komitmen AEC untuk Arus Barang Secara Bebas             Komitmen AEC untuk Arus Jasa. Secara Bebas Komitmen AEC untuk Arus          Penanaman modal Secara Bebas Komitmen AEC untuk Arus Modal Secara Bebas      Komitmen AEC untuk Arus Tenaga. Kerja Terampil Secara Bebas Komitmen AEC            untuk Perdagangan Makanan, Pertanian, dan Kehutanan Komitmen AEC untuk   Menuju Kawasan Ekonomi Yang Kompetitif Sosialisasi Pelaksanaan Komitmen    Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

            7. Infrastruktur.
                        Sebagaimana disinggung di depan, kondisi infrastruktur ekonomi Indonesia           berada pada titik yang nadir. Kalau pada masa orde baru, kondisi infrastruktur           Indonesia mengalami titik puncak, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan   ekonomi infrastruktur yang ada sudah tidak lagi memadai. Belum lagi kondisi             infrastruktur yang kualitasnya menurun seiring berjalannya waktu. Banyaknya jalan           dan jembatan yang rusak ini tidak terlepas dari masa-masa sulit APBN kita yang           sampai tahun 2004 lebih dikonsentrasikan kepada pembayaran hutang dan belanja         barang dan gaji pegawai. Di tahun 2009, perlu ditingkatkannya belanja pemerintah      untuk keperluan infrastruktur ini disamping menerapkan KPS (Kerjasama Pemerintah        dan Swasta) untuk membangun jalan, jembatan, pelabuhan, perlistrikan,             telekomunikasi dan lain-lain.
            8. Ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.
                        Masalah pengangguran di Indonesia masih menjadi masalah ekonomi utama           yang sampai saat ini belum bisa diatasi. Sampai tahun 2008, tingkat pengangguran     terbuka masih berada pada kisaran 9% dari jumlah angkatan kerja atau berada pada         kisaran 9 juta orang. Sebagaimana kita ketahui, bahwa terjadi perubahan patern         perekonomian paska krisis dari usaha yang padat karya ke usaha yang lebih padat modal. Akibatnya pertumbuhan tenaga kerja yang ada sejak tahun 1998 s/d 2004   terakumulasi dalam meningkatnya angka pengangguran. Dilain sisi, pertumbuhan         tingkat tenaga kerja ini tidak diikuti dengan pertumbuhan usaha (investasi) yang           dapat menyerap keberadaannya. Akibatnya terjadi peningkatan jumlah    pengangguran di Indonesia yang pada puncaknya di tahun 2004 mencapai    tingkat 10% atau sekitar 11 juta orang. Untuk menangani masalah   pengangguran ini        pemerintah perlu memberikan fasilitas baik                fiskal, perkreditan, maupun partnership   untuk menciptakan usaha yang bersifat padat karya dalam rangka menyerap       kelebihan tenaga kerja yang ada. Menyangkut masalah ketransmigrasian ada yang berubah pada penanganannya dibandingkan dengan masa orde baru. Kala itu        program transmigrasi berjalan dengan sangat gencar dengan hasil yang bervariasi. Di         satu daerah program transmigrasi berjalan baik tapi di daerah lain mengalami             kegagalan, namun secara keseluruhan program transmigrasi berjalan lumayan. Paska krisis, program transmigrasi kelihatannya mati suri atau sudah hampir tidak          lagi terdengar gaungnya. Apalagi sejak berlakunya otonomi daerah dimana kewenangan mengatur daerah diserahkan kepada pemerintah daerah, termasuk         mengatur datangnya penduduk dari luar daerah. Saat ini tentunya perlu ada        koordinasi antara pusat dengan daerah menyangkut masalah transmigrasi ini.
 
BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
            Dari permasalahan yang ada maka penulis menyimpulkan bahwa perekonomian di Indonesia masih tertinggal jauh dengan Negara-negara yang jauh dibawah Indonesia. Permasalahan kondisi infrastruktur perekonomian (seperti jalan, jembatan, pelabuhan     dan listrik), tingginya angka pengangguran (kisaran 9%), tingginya inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya harga energi dunia (sudah menyentuh 11,,%), belum optimalnya kedatangan FDI ke Indonesia, belum optimalnya peranan APBN sebagai  stimulus ekonomi (belum ekspansif).

2.      Saran

      Dari permasalahan yang ada maka penulis memberikan saran atau solusi agar pemerintah dapat memberikan perhatian yang lebih pada perekonomian yaitu ;
1.      Kondisi infrasruktur perekonomian yang dilakukan pemerintah kota maupun daerah tidak menganggu pemukiman masyarakat sekitar.
2.      Angka pengangguran dapat di kurangi jika seandainya pertumbuhan tenaga kerja di ikuti oleh pertumbuhan usaha (insvestasi) atau seimbang.
3.      Tingginya inflasi yang disebabkan harga BBM sudah direalisasikan pemerintah dengan mengantinya bahan bakar gas.jadi inflasi bisa di tanggani dengan baik oleh pemerintah.
4.      Semua permasalahan yang ada tentunya ada solusinya masing-masing, tinggal pemerintah saja yang memberikan kebijakan apakah solusi yang diambil benar efektif dan efisien atau tidak.

eits. boleh dicopas tpi mohon jawab voting disebelah kanan yah. Semoga bermanfaat.






Tidak ada komentar: